DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI 4.0 BERKAITAN DENGAN BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA
Februari 23, 2019
igsd
Revolusi Industri 4.0 adalah suatu fase dimana teknologi seperti big data, kecerdasan buatan, dan mesin-mesin yang terintegrasi dengan internet banyak dioperasikan serta saling memengaruhi dalam kehidupan manusia. Dalam setiap perkembangan revolusi industri, yang membedakan antara satu dan lainnya terdapat dalam hal bagaimana suatu perusahaan industri dapat memproduksi suatu barang dengan skala masif secara efektif, efisien, dan dengan biaya produksi se-minimal mungkin.
Sejalan dengan pengaruh revolusi industri 4.0 yang semakin merebak, di sisi lain, seperti dilansir dari siaran pers yang dipublikasikan oleh BAPPENAS, Indonesia diproyeksikan akan mengalami masa bonus demografi pada tahun 2020-2030. Bonus demografi adalah suatu keadaan dimana jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) di suatu wilayah lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Keadaan ini menyebabkan angka ketergantungan atau beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia nonproduktif semakin kecil. Bonus demografi ini dapat meningkatkan perekonomian negara dengan begitu pesat. Akibatnya, menurut Lembaga Riset Internasional, McKinsey Global Institute, dengan tingkat perekonomian yang paling stabil di dunia, Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia pada 2030 mendatang.
Saat masa tersebut berlangsung, jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Sementara itu, revolusi industri 4.0 dengan segala kecanggihannya yang serba otomatis, akan menggantikan sejumlah lapangan pekerjaan, terutama pekerjaan-pekerjaan repetitif seperti akuntan, resepsionis, atau teller bank. Diproyeksikan pada tahun 2030 sekitar 800 juta lapangan pekerjaan secara global akan diselesaikan oleh robot. Dengan penggunaan robot, suatu pabrik dapat meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi risiko kecacatan produk secara signifikan. Selain itu robot juga mudah diprogram sesuai keinginan dan kebutuhan perusahaan. Hal-hal inilah yang menjadi penyebab revolusi industri yang semakin berkembang akan menghilangkan banyak lapangan pekerjaan bagi manusia.
Revolusi Industri 4.0 seakan menjadi “ancaman” bagi penduduk usia produktif saat masa bonus demografi berlangsung. Tetapi di sisi lain, tahap ini juga memberikan lapangan pekerjaan baru bagi para tenaga ahli. Di Indonesia, jumlah tenaga ahli masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara lain dalam satu kawasan ASEAN. Untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain, penduduk usia produktif harus sedini mungkin mempersiapkan diri dengan memperkaya kemampuan dalam bidang teknologi informasi yang sejalan dengan perkembangan teknologi ke depannya. Contohnya dengan mengikuti berbagai workshop, menjalin banyak relasi baru dengan orang lain sambil banyak belajar hal-hal baru juga dapat dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman. Di samping itu, kemampuan lain seperti kepemimpinan, kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan berkomunikasi menjadi hal yang dapat membuat seseorang yang memilikinya, mendapatkan nilai lebih dalam suatu lingkungan pekerjaaan dan membuatnya siap menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0.
BAGIKAN