Mahasiswa STIS: Kuliah sambil Bekerja
Februari 09, 2014
sa
Bekerja sampingan bagi mahasiswa merupakan salah satu solusi meningkatkan softskill dan penghasilan. Pergeseran paradigma pendidikan dari yang semula teacher centered menjadi student centered learning menuntut kemandirian mahasiswa dalam belajar. Managemen waktu menjadi hal dasar yang dilakukan agar pekerjaan sampingan tersebut tidak mengganggu akademik mahasiswa. MISTIK FORKAS telah melakukan survei terhadap mahasiswa STIS tingkat I,II, dan III untuk mengetahui presentase pekerjaan sambilan dan rata-rata waktu belajar per minggu.
Terdapat 142 mahasiswa tingkat I, II dan III sebagai populasi. Dengan menggunakan rumus Slovin, terpilih 71 orang sebagai sampel. Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut :
Terdapat 142 mahasiswa tingkat I, II dan III sebagai populasi. Dengan menggunakan rumus Slovin, terpilih 71 orang sebagai sampel. Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut :
d = margin of error (presisi) / batas toleransi kesalahan
Akan tetapi hanya 63 orang yang merespon kuesioner yang diberikan ( 8 orang sebagai sampel non respon ). Dari populasi tersebut, dikategorigan berdasarkan 5 kategori pekerjaan :
Pekerjaan
|
Populasi
|
Sampel
|
Pedagang
|
16
|
7
|
Jual pulsa
|
6
|
3
|
Mengajar
|
94
|
40
|
Online shop
|
12
|
6
|
Lain-lain
|
14
|
7
|
Jumlah
|
142
|
63
|
Tabel 1.1 Jumlah populasi dan sampel
menurut jenis pekerjaan
Sebagian besar mahasiswa yang memiliki pekerjaan sambilan adalah sebagai pengajar, yakni 63 % dari total mahasiswa yang bekerja. Sedangkan paling sedikit adalah penjual pulsa, yakni 5 % dari total mahasiswa yang bekerja sambilan.
Sebagian besar pendapatan mahasiswa yang memiliki pekerjaan sambilan berkisar Rp. 300.000- Rp500.000, yakni sebanyak46% dari total mahasiswa yang bekerja.
Pendapatan melebihi TID
Berdasarkan survei, ada yang berpenghasilan lebih dari Rp.800.000, yakni sebanyak 7% dari total mahasiswa bekerja. Pendapatan ini tergolong fantastis karena melebihi uang ikatan dinas. Artinya Mahasiswa STIS dapat memanfaatkan waktu dengan baik, disamping belajar juga dapat menambah pendapatan hingga melebihi uang ikatan dinas.Apakah pekerjaan sambilan mengganggu jam belajar?
Meskipun memiliki pekerjaan sambilan, sebagian besar mahasiswa STIS, yakni sebanyak 89% dari total mahasiswa bekerja, mengaku bahwa pekerjaan yang mereka lakukan tidak mengganggu aktivitas belajar mereka. Hanya 11% yang mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan mengganggu aktivitas belajar mereka.
Jenis
Pekerjaan
|
Rata-Rata
Waktu Belajar
(jam/minggu)
|
Pedagang
|
10,79
|
Penjual Pulsa
|
8,00
|
Pengajar
|
5,40
|
Online Shop
|
1,75
|
Lain-Lain
|
7,46
|
Tabel 1.2 Rata-rata waktu belajar menurut jenis pekerjaan
Rata-rata waktu waktu belajar mahasiswa yang bekerja sambilan adalah 6 jam per minggu, dengan waktu belajar paling lama adalah 35 jam per minggu (5 jam/hari), sedangkan terdapat responden yang mengaku bahwa tidak mendapatkan waktu untuk belajar atau 0 jam per minggu (belajar hanya saat di kelas saja).
Jadi bagi teman-teman yang berminat menambah pemasukan bisa mencoba pekerjaan sambilan. Tetapi jangan lupa untuk mengatur waktu dengan baik.
*) Terdapat kesalahan dalam penarikan data dari kuesioner. Dalam kuesioner, responden ditanya pendapatan mereka dengan kisaran pendapatan sebagai berikut :
1. Rp. 0 – Rp. 200.000
2. Rp. 300.000 – Rp. 500.000
3. Rp. 600.000 – Rp. 800.000
4. > Rp. 800.000
Dengan kuesioner tersebut, responden yang pendapatannya berkisar Rp.200.001 – Rp.299.999 atau Rp.501.000 – Rp.599.999, tidak dapat menjawab pertanyaan pendapatan karena besar pendapatan tidak tercantum dalam kuesioner. Seharusnya kisaran pendapatan dalam kuesioner yang benar adalah
1. Rp. 0 – Rp. 200.000
2. Rp. 200.001 – Rp. 400.000
3. Rp. 400.001 – Rp. 600.000
3. Rp. 600.001 – Rp. 800.000
4. > Rp. 800.000
Oleh karena itu, kami Mistik Forkas mohon maaf atas ketidaktelitian tersebut. Untuk survei kedepannya kami akan berusaha untuk lebih teliti lagi.
BAGIKAN