Kajian Statistik 2014: Menakar Manipulasi Data Statistik
Juni 17, 2014
kastik
kegiatan
Lembaga survei memberikan data penelitian lapangan sebagai masukan bagi pengguna jasa ataupun masyarakat secara umum. Ironinya, manipulasi data sering terjadi sehingga memberikan kesimpulan distorsi yang dapat mempengaruhi publik. Penting bagi mahasiswa STIS sebagai calon statistisi yang berpijak pada landasan akademis untuk kritis terhadap adanya manipulasi data statistik. Kajian statistik adalah kegiatan rutin UKM forkas STIS dengan tujuan menambah wawasan mahasiswa STIS seputar aplikasi ilmu statistik. Dalam kastik satu ini, telah hadir pembicara ternama yakni Dr. Kecuk Suhariyanto Ph.D dan Dr. Indra Murty Surbakti, MA. Kegiatan dengan tema “Knowing on good implementation of statistics to critize any form of manipulated statistical result” ini bertempat di ruang kuliah 265-266 STIS pada Hari Jumat, 30 Mei 2014 dan diikuti secara terbuka oleh 56 mahasiswa STIS. Acara dimulai pukul 08.00-11.00 WIB dengan Ari (1-M) sebagai MC, Deta (1-L) sebagai moderator untuk penyaji sesi 1, dan Tiwi (1-F) sebagai moderator untuk penyaji sesi 2.
Dr. Kecuk Suhariyanto Ph,D memberikan paparan dalam kapasitasnya sebagai Deputi Neraca dan Analisi Statistik BPS RI, menyampaikan bahwa manipulasi data statistik dapat kerjadi karena 2 hal. Pertama, kesengajaan karena faktor politis dan kedua, adanya ketidak sengajaan. “Misuse statistik adalah kejadian melakukan sesuatu secara disengaja maupun tidak sehingga menyebabkan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan”, ujarnya. Dalam melakukan eksplorasi data tidak hanya luarnya saja melainkan juga masuk ke dalamnya. Mengambil data dari sumber yang kredibel menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan. Namun, tidak semua lembaga penyedia data adalah kaum profesional berintegritas. Hal ini tentu saja berimplikasi pada prinsip dan kode etik penelitian yang dilakukan. Padahal seharusnya penyediaan data dilakukan dengan metodologi yang tepat serta didukung akurasi data yang relevan. Manipulasi ini dapat dikritisi dengan kemampuan intelektual statistik yang memadai.
Tidak hanya itu, Bapak Kecuk juga berbagi pengalaman selama menempuh progam Ph.D yang diharapkan dapat memberi inspirasi bagi para mahasiswa STIS. Para mahasiswa mendapat pembekalan tentang aplikasi statistik dalam berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, biologi, ekonomi, dan lain sebagainya dari beliau. Sementara untuk mahasiswa tingkat 3 yang sebentar lagi melakukan skripsi, beliau berpesan agar tidak terpaku pada judul skripsi kakak tingkat tetapi agar berkembang ke arah topik kekinian yang up to date. “Sebuah ide dapat muncul dari hal sederhana yang terjadi di sekeliling kita. Jadi, penting bagi mahasiswa untuk berpikir positif, kritis, dan visioner” ujarnya.
Pada sesi 2, Bapak Indra Murty yang merupakan Kepala Sub Direktorat Statistik Demografi BPS RI menyatakan manipulasi data tidak selalu memiliki arti negatif.” Artinya, manipulasi positif (BPS) dilakukan untuk mendapat estimasi statistik secara objektif untuk mendapat nilai sebenarnya dengan informasi yang ada” tuturnya. Selain itu, perlu sosialisasi statistik untuk meminimalkan terjadinya misinterpretasi dan misunderstanding data akibat kurang paham mengenai statistik. Menurutnya hasil publikasi data statistik sebaiknya dibuat sesederhana mungkin agar mudah dimengerti orang awam. Adapun sosialisasi statistik dapat dilakukan antara lain dengan pelatihan statistik bagi para wartawan oleh BPS dan edukasi statistik sejak dini yaitu melalui pelajaran dari tingkat SD. Di akhir pemaparan, Pak Indra mengatakan bahwa kejujuran sangat diperlukan bagi seorang statistikawan karena beda statistisi dengan politik adalah statistisi boleh salah, tetapi tidak boleh berbohong.
Waka Senat Mahasiswa-Ewa (kiri) & Bp. Kecuk (kanan)
Dr. Kecuk Suhariyanto Ph,D memberikan paparan dalam kapasitasnya sebagai Deputi Neraca dan Analisi Statistik BPS RI, menyampaikan bahwa manipulasi data statistik dapat kerjadi karena 2 hal. Pertama, kesengajaan karena faktor politis dan kedua, adanya ketidak sengajaan. “Misuse statistik adalah kejadian melakukan sesuatu secara disengaja maupun tidak sehingga menyebabkan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan”, ujarnya. Dalam melakukan eksplorasi data tidak hanya luarnya saja melainkan juga masuk ke dalamnya. Mengambil data dari sumber yang kredibel menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan. Namun, tidak semua lembaga penyedia data adalah kaum profesional berintegritas. Hal ini tentu saja berimplikasi pada prinsip dan kode etik penelitian yang dilakukan. Padahal seharusnya penyediaan data dilakukan dengan metodologi yang tepat serta didukung akurasi data yang relevan. Manipulasi ini dapat dikritisi dengan kemampuan intelektual statistik yang memadai.
Tidak hanya itu, Bapak Kecuk juga berbagi pengalaman selama menempuh progam Ph.D yang diharapkan dapat memberi inspirasi bagi para mahasiswa STIS. Para mahasiswa mendapat pembekalan tentang aplikasi statistik dalam berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, biologi, ekonomi, dan lain sebagainya dari beliau. Sementara untuk mahasiswa tingkat 3 yang sebentar lagi melakukan skripsi, beliau berpesan agar tidak terpaku pada judul skripsi kakak tingkat tetapi agar berkembang ke arah topik kekinian yang up to date. “Sebuah ide dapat muncul dari hal sederhana yang terjadi di sekeliling kita. Jadi, penting bagi mahasiswa untuk berpikir positif, kritis, dan visioner” ujarnya.
Tiwi (kiri), Ketua Kajian Statistik-Rafif (tengah) & Bp. Indra (kanan)
Pada sesi 2, Bapak Indra Murty yang merupakan Kepala Sub Direktorat Statistik Demografi BPS RI menyatakan manipulasi data tidak selalu memiliki arti negatif.” Artinya, manipulasi positif (BPS) dilakukan untuk mendapat estimasi statistik secara objektif untuk mendapat nilai sebenarnya dengan informasi yang ada” tuturnya. Selain itu, perlu sosialisasi statistik untuk meminimalkan terjadinya misinterpretasi dan misunderstanding data akibat kurang paham mengenai statistik. Menurutnya hasil publikasi data statistik sebaiknya dibuat sesederhana mungkin agar mudah dimengerti orang awam. Adapun sosialisasi statistik dapat dilakukan antara lain dengan pelatihan statistik bagi para wartawan oleh BPS dan edukasi statistik sejak dini yaitu melalui pelajaran dari tingkat SD. Di akhir pemaparan, Pak Indra mengatakan bahwa kejujuran sangat diperlukan bagi seorang statistikawan karena beda statistisi dengan politik adalah statistisi boleh salah, tetapi tidak boleh berbohong.
BAGIKAN