Berpikir Kritis di Youth Statistican Forum 2015
Juli 12, 2015
kegiatan
(26/06/2015) UKM Pendidikan bidang FORKAS pertama kali mengadakan kegiatan Youth Statistican Forum (YSF). Kegiatan ini berupa kajian tentang statistik. Tema YSF pada tahun ini yaitu Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) yang disampaikan oleh bapak Wynandin Imawan. Beliau adalah alumnus dari Akademi Ilmu Statistik (AIS), yang sekarang berganti nama menjadi STIS. Segudang pengalaman telah beliau lalui mulai dari pengalaman bekerja di BPS, menjadi konsultan hingga mengajar.
Basis Data Terpadu (BDT) adalah semacam daftar orang yang tergolong 40% orang termiskin di Indonesia. Nama dan alamat keluarga yang layak terdaftar akan menerima bantuan sosial. BDT ini berisi 25,2 juta rumah tangga. Secara nasional, keluarga dianggap miskin jika uang yang dikeluarkan mencapai garis kemiskinan yaitu 300.000/bulan. Sebab diperlukan Program Anti Kemiskinan dan Perlindungan Sosial yaitu (1) hampir setengah penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan dan menghadapi banyak risiko yang dapat membuat semakin miskin maupun jatuh miskin, (2) pertumbuhan ekonomi memang diperlukan tetapi tidak cukup, (3) belanja untuk program perlindungan sosial bisa menjadi instrumen meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (4) perlindungan sosial yang mengandalkan keluarga telah memudar seiring dengan berubahnya struktur keluarga, kebiasaan kerja dan nilai-nilai budaya, urbanisasi, dan globalisasi. Pendekatan utama PBDT 2015 melalui soisalisasi pada forum Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dengan tujuan memperoleh dukungan pelaksanaan PBDT 2015, setelah sosialisasi dilakukan tahapan pendataan. Manfaat BDT 2015 akan diterima dan disetujui oleh masyarakat karena proses pengumpulannya terbuka oleh dan untuk masyarakat, juga dilakukan konsultasi dengan keluarga miskin untuk mengurangi elite captures.
Para mahasiswa STIS sangat antusias terhadap pemaparan materi oleh bapak Wynandin. Itu terbukti dari banyaknya mahasiswa yang bertanya kepada bapak Wynandin mengenai PBDT, seperti mahasiswa yang bernama Ridha (kelas 2A) yang bertanya tentang alasan updating data PBDT hanya 3 tahun sekali. “Updating data PBDT hanya 3 tahun sekali. Apabila dilakukan setiap tahun biaya yang digunakan mahal dan pekerjaan pegawai BPS tidak hanya PBDT”, jawab bapak Wynandin. Bapak Wynandin juga menunjukkan apresiasinya terhadap para mahasiswa dengan menjawab pertanyaan yang diberikan pada beliau.
Acara YSF yang baru pertama kali diselenggarakan ini sudah berjalan lancar. Semoga dengan berhasilnya acara ini, Forkas dapat mengadakan acara yang serupa pada tahun depan dengan tema yang lebih menarik. Sampai jumpa di acara YSF selanjutnya
Calon statistisi hebat memenuhi auditorium STIS
Pemaparan materi oleh Bapak Wynandin
Sesi materi dan diskusi selesai
Basis Data Terpadu (BDT) adalah semacam daftar orang yang tergolong 40% orang termiskin di Indonesia. Nama dan alamat keluarga yang layak terdaftar akan menerima bantuan sosial. BDT ini berisi 25,2 juta rumah tangga. Secara nasional, keluarga dianggap miskin jika uang yang dikeluarkan mencapai garis kemiskinan yaitu 300.000/bulan. Sebab diperlukan Program Anti Kemiskinan dan Perlindungan Sosial yaitu (1) hampir setengah penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan dan menghadapi banyak risiko yang dapat membuat semakin miskin maupun jatuh miskin, (2) pertumbuhan ekonomi memang diperlukan tetapi tidak cukup, (3) belanja untuk program perlindungan sosial bisa menjadi instrumen meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (4) perlindungan sosial yang mengandalkan keluarga telah memudar seiring dengan berubahnya struktur keluarga, kebiasaan kerja dan nilai-nilai budaya, urbanisasi, dan globalisasi. Pendekatan utama PBDT 2015 melalui soisalisasi pada forum Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dengan tujuan memperoleh dukungan pelaksanaan PBDT 2015, setelah sosialisasi dilakukan tahapan pendataan. Manfaat BDT 2015 akan diterima dan disetujui oleh masyarakat karena proses pengumpulannya terbuka oleh dan untuk masyarakat, juga dilakukan konsultasi dengan keluarga miskin untuk mengurangi elite captures.
Para mahasiswa STIS sangat antusias terhadap pemaparan materi oleh bapak Wynandin. Itu terbukti dari banyaknya mahasiswa yang bertanya kepada bapak Wynandin mengenai PBDT, seperti mahasiswa yang bernama Ridha (kelas 2A) yang bertanya tentang alasan updating data PBDT hanya 3 tahun sekali. “Updating data PBDT hanya 3 tahun sekali. Apabila dilakukan setiap tahun biaya yang digunakan mahal dan pekerjaan pegawai BPS tidak hanya PBDT”, jawab bapak Wynandin. Bapak Wynandin juga menunjukkan apresiasinya terhadap para mahasiswa dengan menjawab pertanyaan yang diberikan pada beliau.
Acara YSF yang baru pertama kali diselenggarakan ini sudah berjalan lancar. Semoga dengan berhasilnya acara ini, Forkas dapat mengadakan acara yang serupa pada tahun depan dengan tema yang lebih menarik. Sampai jumpa di acara YSF selanjutnya
Calon statistisi hebat memenuhi auditorium STIS
Pemaparan materi oleh Bapak Wynandin
Sesi materi dan diskusi selesai
BAGIKAN