Metode Kerangka Sampel Area dalam Estimasi Total Produksi Padi Indonesia
April 17, 2020
Ketersediaan data pertanian menjadi
sangat penting sebagai pertimbangan dalam penentuan arah kebijakan pemerintah
untuk menjamin kestabilan ketahanan pangan nasional. Padi dalam hal ini beras
merupakan komoditas yang paling penting untuk dihasilkan dari sektor pertanian
karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) selaku
Lembaga Pemerintah Non Kementerian penyedia dan penyelenggara statistik dasar
berperan untuk menyediakan data produksi padi secara akurat. BPS bekerja sama
dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan
Tata Ruang, Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan) menggunakan metode baru dalam mengestimasi data
produksi padi yang dikenal dengan Kerangka Sampel Area (KSA). KSA merupakan
teknik pendekatan penyampelan yang menggunakan area lahan sebagai unit
enumerasi. Metode ini merupakan hasil kolaborasi ilmu statistik, Geographic Information System (GIS),
penginderaan jauh, dan teknologi informasi.
Penerapan metode ini memanfaatkan
teknologi masa kini. Teknologi yang digunakan adalah foto citra satelit dan
telepon seluler berbasis android yang diinstall aplikasi KSA. Foto citra
satelit digunakan untuk mengetahui data sebaran sawah sehingga dapat diketahui
titik koordinat yang akan dijadikan sampel sedangkan telepon seluler berbasis android yang diinstall
aplikasi KSA digunakan untuk memotret dan menentukan fase tumbuh padi. Sampel
berupa luasan sawah dalam bentuk segmen berukuran 300 x 300 meter persegi.
Koordinat titik pengamatan yang terpilih menjadi sampel dikunci sehingga untuk
dapat memotret, petugas harus mendatangi titik pengamatan tersebut dan tidak
akan bisa mengambil foto apabila bukan di titik koordinat. Metode ini bersifat Objective Measurement sehingga dinilai
jauh lebih efektif dibadingkan dengan metode sebelumnya yakni “Eye Estimate” bersifat Subjective Measurement.
Hasil KSA pada tahun 2018 diperoleh
total luas panen padi sebesar 11,38 juta hektare dan produksi padi sebesar 59,2
juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Pada 2019, luas panen panen padi
diperkirakan sebesar 10,68 juta hektare atau menurun sebesar 6,15% dibandingkan
tahun 2018 dengan produksi padi sebesar 54,6 juta ton GKG. Untuk memperkirakan
produksi beras, BPS menggunakan konversi 64,02% dari produksi GKG sehingga pada
2018 diperkirakan total produksi beras sebesar 33,94 juta ton dan pada 2019
sebesar 31,31 juta ton.
Jika dibandingkan dengan kebutuhan
beras Indonesia yakni 29,6 juta ton, angka tersebut masih surplus sehingga
cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Hasil KSA tersebut dapat
dimanfaatkan pemerintah dalam penentuan kebijakan pemerintah seperti ekspor
atau impor beras sehingga tidak merugikan masyarakat Indonesia.
BAGIKAN