Corona dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia
Mei 22, 2020
Corona Virus Disease (COVID-19) seakan menjadi momok menakutkan bagi semua kalangan dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Bagaimana tidak, virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China ini dalam waktu singkat berhasil membuat seluruh aspek kehidupan seakan lumpuh terutama pada aspek ekonomi. Seluruh negara di dunia merasakan betul bagaimana dampak pandemi global ini terhadap roda perekonomian negara mereka masing-masing, tak terkecuali Indonesia. Lantas, bagaimana sebenarnya pandemi yang disebabkan oleh COVID-19 ini dapat memengaruhi perekonomian Indonesia ?
Konsumsi swasta yang menyumbang hampir 60% penggerak roda perekonomian nasional dipastikan akan mengalami kontraksi dimana penjualan retail di pasar tradisional dan modern dipastikan turun. Bahkan, sebelum virus corona terindikasi di Indonesia data indeks penjualan riil yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia menunjukkan terjadinya kontraksi sebesar 0,3% pada Januari 2020. Hal yang sama terjadi pada penjualan mobil yang turun sekitar 2,4% selama periode Januari dan Februari serta anjloknya perjalanan wisata yang dilakukan baik oleh wisatawan macanegara maupun domestik. Badan Pusat Statistik mencatat terjadi penurunan angka wisman sebesar 7,62% pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019 sedangkan untuk wisatawan domestik angka ini menurun 3,1% pada periode yang sama. Bukan hanya itu, meluasnya kekhawatiran masyarakat terlebih investor menyebabkan minat investasi turut menurun signifikan sehingga pertumbuhan investasi baru akan melambat.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang terus-menerus dihantam tentunya sangat berdampak pada angka kemiskinan nasional dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menyusul realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I 2020 yang melambat di angka 2,97%. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu RI, Febrio Kacaribu, mengatakan pemerintah masih memegang skenario pertumbuhan ekonomi nasional pada interval -0,4% sampai 2,3% hingga akhir 2020. Beliau menambahkan bahwa dampak pandemi ini terhadap perekonomian Indonesia masih berlanjut hingga kuartal berikutnya dan pemerintah hanya bisa menekan dampak tersebut supaya tidak makin meluas lagi. Hal yang sama juga disampaikan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani bahwasanya pemerintah masih memegang skenario berat yakni pertumbuhan ekonomi di angka 2,3% yang berimbas pada peningkatan kemiskinan sebesar 1,89 juta orang dan peningkatan pengangguran sebesar 2,92 juta orang. Beliau pun menambahkan, melambatnya ekonomi Indonesia disebabkan oleh tingkat konsumsi rumah tangga yang menurun tajam. Jika hal ini terus terjadi, mau tidak mau pemerintah akan menggunakan skenario sangat berat yakni pertumbuhan ekonomi berada di angka -0,4% dimana kemiskinan dapat meningkat sebesar 4,86 juta orang dan pengangguran bertambah sebanyak 5,23 juta orang.
Upaya yang telah disiapkan oleh pemerintah masuk dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dimana pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 23 Tahun 2000 sebagai landasan hukum pelaksanaan program tersebut. Dari aturan itu, pemerintah akan menjaga sisi supply and demand menyusul anjloknya kontribusi komponen pengeluaran pembentuk PDB pada kuartal I 2020 seperti konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, dan impor. Pemerintah juga telah menyiapkan modal untuk memulihkan dan menahan dampak COVID-19 terhadap laju ekonomi nasional dimana untuk masyarakat umum dana bansos telah disalurkan sedangkan untuk dunia usaha kemudahan perizinan ekspor impor dan insentif pajak juga sudah mulai diterapkan.
BAGIKAN