Covid-19 Varian Delta, Si Pembuat Onar dari India

Juli 10, 2021


Dari awal menyebarnya virus corona ini, virus corona telah bermutasi untuk dapat mempertahankan kehidupannya sebagai upaya lebih cepat menular, lebih kuat bertahan di dalam tubuh manusia, dan sebagainya di berbagai tempat seperti UK, Afrika, Brasil, California hingga India. Varian-varian ini diubah namanya menjadi alpha, beta, delta, dan seterusnya untuk mengurangi sensitivitas penyebutan nama tempat tersebut, dan varian delta ini berasal dari India (Ardyanto dalam Putranto, 2021). Disini kami akan membahas semua hal tentang Covid-19 varian delta yang ditemukan pertama di India ini.

“Mendominasi” bukanlah sebutan yang “melebih-lebihkan” apabila kita berbicara tentang Covid-19 varian delta ini. Sejak awal ditemukannya di India, varian delta ini sudah menyebar ke lebih dari 74 negara dan dalam penyebarannya, varian delta ini sudah menyumbang 10% dari kasus baru di Amerika Serikat dan 90% kasus baru di Inggris (Nuralifah, 2021). Menurut Menteri Kesehatan NSW, Brad Hazzard, varian delta ini memiliki julukan “peraih emas dalam hal melompat dari satu orang ke orang lain”, hal ini juga didukung oleh pernyataan Kepala Petugas Kesehatan Queensland, Dr Jeannette Young, varian delta ini diindikasi dapat menular melalui kontak dengan durasi sekitar 5 – 10 detik saja sedangkan varian Covid-19 varian biasa membutuhkan waktu 10 – 20 menit untuk menular ke manusia. Selain itu, virus Corona varian Delta diketahui memiliki kemampuan untuk bereplikasi atau berkembang biak lebih cepat dibandingkan virus Corona biasa.

Varian delta ini juga seperti varian Covid-19 lainnya yang tidak memandang kapan dan siapa ketika hinggap di inangnya. Menurut analisa National Health Service (NHS) Inggris, dari 92.029 orang yang terpapar varian delta ada 82.500 orang yang berusia 50 tahun kebawah dan 53.882 diantaranya belum divaksinasi (Ellyat, 2021). Ini berarti bahwa orang yang berusia lebih muda, yang tidak divaksinasi, dan sebagian divaksinasi (dengan banyak orang yang termasuk dalam satu atau lebih kategori tersebut) memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi, sedangkan orang tua masih menjadi yang paling berisiko meninggal akibat infeksi. Karena vaksinasi mewajibkan minimal umur 18 tahun, maka anak-anak yang belum mencapai usia tersebut masih rentan terkena varian ini dan bahkan dapat langsung menimbulkan dampak dengan gejala berat.

Gejala yang ditimbulkan oleh varian delta ini juga berbeda dengan varian biasanya. Gejala umum yang sering terjadi pada Covid-19 awal adalah seperti batuk kering, demam, nyeri tubuh, kelelahan, menggigil, sakit kepala, hingga kehilangan indra penciuman dan perasa. Sedangkan Covid-19 varian delta memiliki gejala yang bervariasi, menurut profesor di John Hopkins University, gejala varian ini antara lain sakit perut, hilangnya selera makan, nyeri sendi, dan muntah mual. Menurut Profesor Epidemiologi Genetika di King’s College London, gejala yang muncul adalah gejala flu berat seperti pilek, demam, sakit kepala, dan sakit tenggorokan dan menurut salah satu dokter di India, Abdul Ghafur, gejala yang tidak nampak adalah gangguan pendengaran, pembekuan darah hingga gangguan lambung.

Double masking adalah salah satu solusi untuk menghindari Covid-19 varian delta ini. Double masking merupakan penggunaan dua masker secara bersamaan. Menurut Kemenkes, jenis masker yang baik untuk dikombinasikan dalam double masking adalah masker medis dan masker kain (masker medis pada lapisan pertama dan masker kain pada lapisan terluar). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Center for Disease Control and Prevention (CDC) mengenai efektivitas double masking dengan menguji berbagai jenis masker yang beredar di masyarakat, hasilnya menunjukkan bahwa  penggunaan double masking dapat menyaring partikel batuk hingga 85,4 persen sedangkan apabila hanya menggunakan 1 masker hanya dapat menyaring partikel batuk kurang dari 60 persen. Penggunaan masker yang baik adalah dengan menggunakan masker yang pas atau tidak longgar dan diganti setiap 6 jam sekali atau ketika masker mulai basah.

Vaksinasi adalah upaya pemerintah untuk mencegah dan melindungi warga dari serangan Covid-19 ini. Namun, vaksin apa saja yang bisa melindungi kita dari varian delta ini?. Vaksin yang bisa dibilang efektif untuk mengatasi varian delta ini adalah AstraZeneca dan Pfizer. 2 dosis vaksin AstraZeneca memiliki efektivitas 92 persen terhadap pasien rawat inap karena varian delta dan tidak menunjukkan adanya kasus kematian setelah divaksinasi. Untuk 2 dosis vaksin Pfizer memiliki efektivitas 79 persen terhadap varian delta dan 96 persen efektif terhadap pasien rawat inap karena varian delta. Untuk vaksin yang tersedia di Indonesia seperti sinovac, persentase keefektivitasannya masih belum bisa dipastikan karena masih kurangnya data tentang itu.

Hal yang paling mudah untuk mencegah varian baru ini selain melakukan Double masking dan vaksinasi adalah taat prosedur kesehatan dari kemenkes dan mengurangi atau bahkan menghilangkan kegiatan di luar rumah. Karena hanya dengan kedua cara ini, kasus positif Covid-19 dapat berkurang secara drastis dan menyelamatkan Negara tercinta Indonesia ini dari serangan Covid-19 ini. Stay safe and stay healthy!



 

Beri Komentar