Maraknya Hoaks di Masa Pandemi

Agustus 07, 2021

 


Hoaks, kata yang sangat familier belakangan ini. Hoaks atau sering diartikan sebagai berita bohong merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi masyarakat pada era digital ini. Menurut Lynda Walsh (2006, dikutip dalam liputan6.com, 2017), sebenarnya istilah hoaks ini sudah ada sejak era industri dimulai, yakni diperkirakan tahun 1808. Dilansir dari kominfo.go.id, menurut Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah, Septiaji Eko Nugroho, "Hoaks" juga bisa diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar. Dengan berkembang pesatnya penggunaan media sosial di dunia, maraknya berita hoaks juga tidak dapat dibendung.

Dewasa ini, saat merebaknya Covid-19 di dunia khususnya di Indonesia, ada cukup banyak pemberitaan mengenai hoaks.  Dilansir dari kominfo.go.id pada bulan Mei lalu, Kominfo telah mencatat dan melabeli 1.733 hoaks terkait Covid-19 dan vaksin di Indonesia, 1.556 hoaks terkait Covid-19 dan 177 hoaks terkait vaksin. Sedangkan konten hoaks Covid-19 tersebut tercatat telah beredar sebanyak 2.360 konten yang tersebar di berbagai platform media sosial. Dalam hal ini, Facebook sebagai platform yang paling banyak terdapat berita hoaks mengenai Covid-19. Bayangkan saja apabila dalam satu hari muncul satu berita hoaks mengenai Covid-19 dan vaksin, tetapi tidak ditindaklanjuti. Apa yang akan terjadi dalam penanggulangan pandemi ini di Indonesia? Mungkin akan lebih buruk daripada saat ini.

Cukup banyak kasus yang terjadi di Indonesia akibat merebaknya hoaks dan kurangnya literasi masyarakat. Hal ini dipicu oleh mudahnya penyebaran informasi di media sosial tanpa mencari tahu kebenarannya. Dalam survei Katadata Insight Center (KIC) pada tahun 2020 terdapat 11,2% dari total responden, pernah menyebarkan hoaks. Bahkan lebih dari setengah responden yang pernah menyebarkan hoaks mengaku bahwa mereka hanya meneruskan berita yang diterima tanpa mencari tahu sumber dan kebenarannya. Selain itu sebanyak 56,1% responden merasa tidak mengetahui bahwa berita yang mereka sebarkan adalah hoaks. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat semakin canggih alat komunikasi seharusnya penggunanya semakin diuntungkan bukan malah dirugikan dengan merebaknya berita hoaks.

Mungkin kita sudah tidak asing dengan berita mengenai mobil ambulans yang sengaja berkeliling tanpa pasien dan ugal-ugalan untuk menakut-nakuti masyarakat. Berita ini sangat populer beberapa pekan lalu. Namun, ternyata hal tersebut hanyalah isu hoaks dan telah dikonfirmasi sebagai berita hoaks pada laman covid19.go.id. Faktanya juga telah dipaparkan dengan jelas pada laman tersebut, bahwa mobil ambulance itu baru saja mengantarkan jenazah ke luar kota dan kembali lagi ke rumah sakit bersangkutan untuk mengantar jenazah yang lain sehingga wajar apabila ambulans ‘kosong’ melaju cukup terburu-buru.

Selain isu hoaks di atas, ada beberapa isu hoaks yang cukup hangat menjadi perbincangan beberapa pekan lalu, salah satunya yakni isu bahwa vaksin itu tidak halal. Hal ini pun sempat menjadi penghambat keberlangsungan vaksinasi di beberapa kota di Indonesia. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan berlangsung terus-menerus. Kita harus sadar dan melek informasi sehingga dapat memilah berita mana yang patut dipercaya dan mana tidak. Maka dari itu penanganan Covid-19 pun dapat berjalan lebih mudah.

Lantas apa yang seharusnya kita lakukan untuk menyaring berita-berita hoaks tersebut? Dikutip dari kominfo.go.id, kita dapat melakukan beberapa cara untuk mencegah hoaks. Pertama, jangan mudah tergiring dengan judul berita/artikel yang provokatif. Kedua, cermati sumber dari berita tersebut baik situsnya maupun penulisnya. Ketiga, periksalah fakta yang berkaitan dengan pemberitaan/artikel terkait. Kemudian periksa keaslian foto atau bukti yang digunakan sebagai penguat berita. Dan yang terakhir yakni selalu pantau informasi yang berpotensi sebagai hoaks pada media sosial hoaks buster atau komunitas anti-hoaks lain yang terpercaya. Selain itu, dalam menyebarkan berita, kita juga harus bertanggung jawab agar tidak menyebarkan berita yang tidak benar. Jadi, tingkatkan lagi kesadaran dan literasi kita ya, agar terhindar dari berita hoaks!

Beri Komentar