Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Penyebabnya
Baru-baru ini, masyarakat Indonesia
dihebohkan dengan munculnya penyakit hepatitis akut yang banyak menyerang
anak-anak. Hepatitis akut merupakan kondisi peradangan pada lever
atau hati. Menurut dr. Fadhli Rizal Makarim, bila lama peradangan atau cedera
pada hati berlangsung kurang dari enam bulan, kondisi itu disebut hepatitis akut.
Sebaliknya, bila peradangan atau cedera berlangsung lebih dari enam bulan,
kondisi itu disebut hepatitis kronis. Hepatitis akut cukup umum ditemui serta
menyerang lebih banyak pria dibanding wanita. Selain itu, kondisi ini dapat
terjadi pada pasien dengan usia berapapun dan dapat ditangani dengan mengurangi
faktor-faktor risiko.
Ilustrasi hati yang sehat (Sumber: freepik.com) |
Dokter Gastro-Hepatologi Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Dr. dr. Sp. A(K). Bagus Setyoboedi, menjelaskan
bahwa penyakit hepatitis akut menunjukan proses peradangan di hati (hepatitis)
yang belum diketahui penyebabnya. Tidak diketahuinya etiologi dari hepatitis
ini menyebabkan banyak kesulitan, baik dari segi pencegahan, penanganan, hingga
penanggulangan penyebaran. Gejala ringan yang
tampak di antaranya adalah demam, mual, nyeri otot, muntah, diare, sakit perut
dan demam, dan sebagian disertai gejala kuning. Hepatitis akut juga dapat
menyebabkan gejala berat atau fulminan,
seperti gangguan pembekuan darah dan penurunan kesadaran.
Indonesia melaporkan kasus pertama diduga
hepatitis akut pada bulan April 2022. Saat itu, tiga pasien anak di DKI Jakarta
meninggal dunia setelah dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan kondisi
terlanjur kritis. Mereka meninggal dalam kurun waktu yang berbeda dalam dua
pekan hingga 30 April 2022. Adapun gejala yang dialami pada pasien-pasien
tersebut meliputi diare berat, mual, muntah, demam, kuning, kejang, dan
penurunan kesadaran. Sepekan kemudian, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Tulungagung, dr. Kasil Rokhmat, mengumumkan pasien anak perempuan berusia tujuh
tahun meninggal dunia. Dia diduga kuat meninggal karena hepatitis. Kasus
selanjutnya dilaporkan pada Senin (9/5), di mana bayi berusia satu bulan 29
hari asal Solok, Sumatera Barat meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Kasus hepatitis akut di Indonesia
dilaporkan bertambah di sejumlah daerah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
melaporkan pada hari Jumat (13/5), terdapat 18 kasus hepatitis akut yang
terdeteksi di 5 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera
Barat, dan Bangka Belitung. Sebanyak 9 di antaranya dalam kategori pending
klasifikasi, 7 pasien lain bukan hepatitis akut, dan 2 pasien masih dalam
pemeriksaan. Selanjutnya, pada Selasa (17/5), juru bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH melaporkan dugaan kasus hepatitis
akut di Indonesia bertambah sebanyak 14 kasus. Pasien meninggal dunia
dilaporkan bertambah dua orang sehingga total ada 7 pasien meninggal di
Indonesia akibat penyakit tersebut. Sementara itu, Kemenkes masih
melakukan verifikasi di lapangan terkait 21 kasus dugaan hepatitis akut di DKI
Jakarta.
Kasus hepatitis pada
anak di bawah umur 5 tahun menjadi yang terbanyak, yaitu mencapai tujuh kasus,
umur 6 sampai 10 tahun dua kasus, dan umur 11-16 tahun lima kasus. Dari 14
kasus dugaan hepatitis akut, terdapat 6 kasus meninggal dunia, 4 kasus masih
dirawat, dan 4 kasus sudah dipulangkan.
Pola
hidup bersih dan sehat (Sumber: freepik.com) |
Masyarakat diminta
untuk disiplin menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup bersih dan
sehat tersebut meliputi mencuci tangan sebelum makan dan memasak makanan dengan
baik untuk mencegah penularan hepatitis akut. Dua hal itu seharusnya menjadi
protokol karena penyakit tersebut menular melalui asupan makanan yang masuk
melalui mulut. Kendati demikian, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menilai
hepatitis akut tidak semenular penyakit-penyakit lainnya, termasuk Covid-19
yang sudah menjadi pandemi. Akan tetapi, masyarakat tetap perlu melakukan
pencegahan untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh penyakit ini dalam
skala besar dan jangka waktu yang panjang.
Sumber: