YSF 2013: Sepintal Benang Pikiran Gerakan Kewirausahaan Nasional
Juni 04, 2013
kegiatan
ysf
Jumlat pagi yang sibuk di akhir bulan Mei, hari ini beberapa kegiatan non akademik terjadi di STIS secara bersamaan. Pagi ini Forkas pun menyemarakkan jumat akhir mei dengan sebuah acara luar biasa ‘YOUTH STATISTICIAN FORUM (YSF). YSF merupakan buah dari program kerja Divisi Pengembangan Forkas yang menjadi perdana pada kepengurusan tahun ini. YSF mengangkat sebuah tema yang sangat ‘hot’ saat ini, yaitu “Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), Apakah Solusi Tepat untuk Mengatasi Pengangguran di Indonesia? “ Acara YSF dimulai pukul 8.00 hingga 11.00 dengan Kak Bayu sebagai MC dan Mas Didik sebagai moderator. Acara ini menguak benang-benang pikiran mahasiswa STIS yang notabene ‘pasti bekerja’ untuk memberi sebuah sumbangsi pada sebuah program Kementerian Koperasi dan UKM, Gerakan Kewirausahaan Nasional.
Konsep acara yang dikembangkan YSF adalah sebuah diskusi panel yang persertanya berasal dari tingkat I hingga tingkat IV. Peserta dibagi menjadi empat delegasi, yaitu delegasi LSM,pemerintah, pengusaha, dan mahasiswa dan setiap delegasi dipimpin seorang Ketua Rombongan. Ketua Rombongan seolah menjadi pionir jika ide dan gagasan delegasi mulai redup dan diserang delegasi lain. Antusiasme peserta diawali dengan kesempatan untuk menyuarakan secara bebas ‘aspirasi’ setiap delegasi tanpa adanya batasan dan pengarahan mengenai Gerakan Kewirausahaan Nasional selama sekitar 30 menit. Setelah suasana menjadi lebih berapi-api, moderator akhirnya mengeluarkan ‘senjata’ berupa presentasi singkat mengenai GKN. GKN sebenarnya telah dilaksanakan selama tiga tahun terakhir, program ini memiliki sasaran utama lulusan SMA dan Perguruan Tinggi yang masih ‘fresh’ (menganggur satu tahun). Presentasi ini seolah menjadi bahan bakar pembakar semangat baru untuk setiap delegasi untuk menyuarakan benang-benag pikirannya demi sebuah sumbangsi nyata bagi Indonesia. Sumbangsi nyata untuk Indonesia, hal inilah yang menjadikan YSF berbeda dari acara diskusi atau debat yang marak terjadi di kalangan intelektual. YSF tidak menjadikan benang pikiran setiap delegasi untuk dijadikan bahan perdebatan dan alat saling serang, namun berusaha menenun setiap benang pikiran tersebut untuk menjadi kain sumbangsi intelektual untuk Indonesia.
Benang pikiran pertama dimulai oleh delegasi pemerintah lalu berlanjut kepada delegasi-delegasi lainnya. Moderator juga semakin membakar semangat setiap delegasi dimana setiap gagasan akan diberi timbal balik berupa pertanyaan berkelanjutan dari moderator. Kevokalan ‘Pengusaha Tahu dan Kripik’, Fathul Muin dipadu semakin apik oleh Kak Yudha dan ‘Pengusaha Ikan Lele’, Didit. Para pengusaha ini menyatakan bahwa sebenarnya modal nekatlah yang membawa mereka meraih kesuksesan dalam usaha meraka. Para punggawa LSM, salah satunya Zanial, seorang aktivis LSM dari Bali seolah menyerang gagasan pemerintah serta pengusaha. Sedangkan delegasi mahasiswa yang diketuai Kak Niko mempertanyakan program-program kewirausahaan bagi setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Mahasiswa juga ditantang habis-habisan oleh para pengusaha untuk mewujudkan kesuksesan di jalur wirausaha.
Fenomena yang sangat langka dimana tidak ada stratifikasi ‘tanda balok’ yang terjadi. Mahasiswa tingkat satu sebagai peserta termuda tak kalah cemerlang dengan mahasiswa yang jauh lebih tinggi tingkatnya. Lempar opini dan pertanyaan bersahut-sahutan silih berganti memacu munculnya pikiran kritis. Mahasiswa dari setiap tingkat saling membangun kerangka ide yang secara bebas dapat dikemukakan. Setiap delegasi berbicara pada tempatnya dan bersikap professional untuk menghormati gagasan delegasi lain lalu bersama-sama membawa diskusi ke suatu saran yang menjadi pusat orbit YSF.
Jika ada pertemuan, maka akan ada sebuah perpisahan. Jarum jam telah menunjukkan pukul 11.00 dan waktu pun memisahkan peserta dari acara YSF yang luar biasa. Diskusi diakhiri dengan tepuk tangan meriah bagi setiap delegasi yang telah berusaha mengkritisi Fenomena program GKN yang terjadi di Indonesia dan penyampaian tenunan benang pikiran sebagai hasil YSF hari ini. Tenunan benang pikiran ini akan disampaikan pada pembicara Kajian Statistik yang berasal dari Kementerian Koperasi dan UKM.
Semoga YSF dapat menjadi wadah yang dapat menampung benang-benang pikiran mahasiswa tidak hanya di STIS, namun juga di seluruh Indonesia sebagai suatu sumbangsi bagi negara. Sumbangsi Pemuda, Masa Depan Negara! (Iffah)
Konsep acara yang dikembangkan YSF adalah sebuah diskusi panel yang persertanya berasal dari tingkat I hingga tingkat IV. Peserta dibagi menjadi empat delegasi, yaitu delegasi LSM,pemerintah, pengusaha, dan mahasiswa dan setiap delegasi dipimpin seorang Ketua Rombongan. Ketua Rombongan seolah menjadi pionir jika ide dan gagasan delegasi mulai redup dan diserang delegasi lain. Antusiasme peserta diawali dengan kesempatan untuk menyuarakan secara bebas ‘aspirasi’ setiap delegasi tanpa adanya batasan dan pengarahan mengenai Gerakan Kewirausahaan Nasional selama sekitar 30 menit. Setelah suasana menjadi lebih berapi-api, moderator akhirnya mengeluarkan ‘senjata’ berupa presentasi singkat mengenai GKN. GKN sebenarnya telah dilaksanakan selama tiga tahun terakhir, program ini memiliki sasaran utama lulusan SMA dan Perguruan Tinggi yang masih ‘fresh’ (menganggur satu tahun). Presentasi ini seolah menjadi bahan bakar pembakar semangat baru untuk setiap delegasi untuk menyuarakan benang-benag pikirannya demi sebuah sumbangsi nyata bagi Indonesia. Sumbangsi nyata untuk Indonesia, hal inilah yang menjadikan YSF berbeda dari acara diskusi atau debat yang marak terjadi di kalangan intelektual. YSF tidak menjadikan benang pikiran setiap delegasi untuk dijadikan bahan perdebatan dan alat saling serang, namun berusaha menenun setiap benang pikiran tersebut untuk menjadi kain sumbangsi intelektual untuk Indonesia.
Benang pikiran pertama dimulai oleh delegasi pemerintah lalu berlanjut kepada delegasi-delegasi lainnya. Moderator juga semakin membakar semangat setiap delegasi dimana setiap gagasan akan diberi timbal balik berupa pertanyaan berkelanjutan dari moderator. Kevokalan ‘Pengusaha Tahu dan Kripik’, Fathul Muin dipadu semakin apik oleh Kak Yudha dan ‘Pengusaha Ikan Lele’, Didit. Para pengusaha ini menyatakan bahwa sebenarnya modal nekatlah yang membawa mereka meraih kesuksesan dalam usaha meraka. Para punggawa LSM, salah satunya Zanial, seorang aktivis LSM dari Bali seolah menyerang gagasan pemerintah serta pengusaha. Sedangkan delegasi mahasiswa yang diketuai Kak Niko mempertanyakan program-program kewirausahaan bagi setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Mahasiswa juga ditantang habis-habisan oleh para pengusaha untuk mewujudkan kesuksesan di jalur wirausaha.
Fenomena yang sangat langka dimana tidak ada stratifikasi ‘tanda balok’ yang terjadi. Mahasiswa tingkat satu sebagai peserta termuda tak kalah cemerlang dengan mahasiswa yang jauh lebih tinggi tingkatnya. Lempar opini dan pertanyaan bersahut-sahutan silih berganti memacu munculnya pikiran kritis. Mahasiswa dari setiap tingkat saling membangun kerangka ide yang secara bebas dapat dikemukakan. Setiap delegasi berbicara pada tempatnya dan bersikap professional untuk menghormati gagasan delegasi lain lalu bersama-sama membawa diskusi ke suatu saran yang menjadi pusat orbit YSF.
Jika ada pertemuan, maka akan ada sebuah perpisahan. Jarum jam telah menunjukkan pukul 11.00 dan waktu pun memisahkan peserta dari acara YSF yang luar biasa. Diskusi diakhiri dengan tepuk tangan meriah bagi setiap delegasi yang telah berusaha mengkritisi Fenomena program GKN yang terjadi di Indonesia dan penyampaian tenunan benang pikiran sebagai hasil YSF hari ini. Tenunan benang pikiran ini akan disampaikan pada pembicara Kajian Statistik yang berasal dari Kementerian Koperasi dan UKM.
Semoga YSF dapat menjadi wadah yang dapat menampung benang-benang pikiran mahasiswa tidak hanya di STIS, namun juga di seluruh Indonesia sebagai suatu sumbangsi bagi negara. Sumbangsi Pemuda, Masa Depan Negara! (Iffah)
BAGIKAN