Bagaimana Dampak COVID-19 Terhadap Industri Pariwisata Di China?
Semenjak adanya
COVID-19, orang-orang mulai dibatasi aktivitasnya terutama aktivitas sosial
yaitu seperti berhubungan dengan orang lain. Tempat-tempat umum semakin sepi
dan jarang digunakan, begitu pula dengan tempat wisata. Sesuatu layanan, wadah,
atau tempat yang menyebabkan berkumpulnya orang banyak sangat tidak dianjurkan
untuk saat ini. Oleh karena itu, berbagai sektor terutama pariwisata mengalami
dampak yang besar akibat COVID-19.
Selama Tahun Baru Imlek
2019, jumlah wisatawan outbond China adalah 6.311 juta, meningkat 12,48%
dibandingkan saat yang sama tahun 2018. Pada saat Festival Musim Semi 2018,
total kedatangan turis yang masuk adalah 415 juta dengan pertumbuhan 7,6%.
Total pendapatan pariwisata menembus angka CNY 513,9 miliar, dengan tingkat
peningkatan 8,2% selama tahun 2018.
Namun peningkatan
tersebut tidak berlangsung lama, setelah munculnya wabah COVID-19 pada bulan Desember
2019, menyebabkan penurunan pada industri ini dan menyebabkan dampak yang
besar. Pada tahun 2020, meskipun penyebaran infeksi virus corona COVID-19 telah
melambat di China, efek pandemi pada industri pariwisata menjadi semakin parah.
Pendapatan pariwisata domestik di negara ini diperkirakan turun 69% pada
kuartal pertama tahun 2020, kemudian diikuti oleh penurunan 20,6% sepanjang
tahun 2020.
Hal itu dikarenakan ada
beberapa kota dan negara yang telah membatasi diri dari China seperti
Singapura, AS, dan Australia. Banyak penerbangan baik itu penerbangan domestik
maupun internasional di China yang terpaksa dibatalkan. Industri penerbangan
sangat terpengaruh secara signifikan karena pengaruh pembatalan penerbangan
dari dan ke China yang tentunya juga memengaruhi pendapatan berbagai perusahan
penerbangan tersebut. Selain itu, jalur pelayaran pun juga turut terpengaruh
akibat penyebaran virus ini. Semakin menyebarnya virus ini mengakibatkan
semakin meningkatnya pembatalan perjanjian perjalanan dan pariwisata dengan
China dan negara-negara Asia lainnya. Hampir sekitar 75% pelancong dari agen perjalanan
mewah telah menangguhkan tiket mereka untuk negara-negara Asia Tenggara yang
akan diberangkatkan pada bulan Februari dan Maret. Akibatnya, Hotel, maskapi
penerbangan, dan operasi kapal pesiar dihentikan yang mengakibatkan jatuhnya
pasar saham di semua sektor.
Selain itu, negara ini
memiliki pendapatan devisa dari pariwisata asing di China sekitar $ 127.3bn.
Angka ini sedikit menurun karena tidak ada orang yang bepergian ke China karena
semua penerbangan dibatalkan. Sejauh ini, COVID-19 sudah merusak berbagai
sektor industri dan perekonomian China dan negara lain di dunia. Diperkirakan
bahwa dampaknya akan berlanjut untuk beberapa waktu lagi dan itu akan menyita
perhatian yang lebih.
Oleh karena itu, perlu
adanya penanganan yang tepat terkait kebijakan yang akan diberikan untuk
mengatasi masalah ini terutama untuk jangka waktu yang lebih lama. Hal ini
dikarenakan industri pariwisata di China merupakan salah satu kontributor
penting bagi perekonomian negara. Selain itu, industri pariwisata China
dianggap sebagai salah satu pasar pariwisata outbound dan inbound
yang paling banyak dilihat di dunia. Oleh sebab itu, kehancuran yang dimulai
dari industri pariwisata akan menyebabkan kehancuran di berbagai industri lainnya.