Akankah Indonesia Jatuh ke Jurang Resesi pada Kuartal III-2020 ?
Covid-19 merupakan penyakit menular
yang dapat menyerang siapa saja dan menular dengan cepat. Penyakit ini
disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan. Saat ini, Covid-19 telah menjadi pandemi yang telah
menyerang banyak negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Menurut data pada
Selasa (18/08/2020), total kasus Covid-19 yang telah terkonfirmasi di seluruh
dunia sebanyak 21,8 juta kasus. Sedangkan di Indonesia, total kasus yang telah
terkonfirmasi sebanyak 143.043 kasus. Jika pandemi ini belum berakhir maka
jumlah kasus tersebut masih dapat terus bertambah. Oleh karena itu, beberapa
negara telah memberlakukan lockdown
sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona.
Di Indonesia, upaya pencegahan yang
dilakukan adalah dengan pembatasan interaksi sosial atau social distancing. Akibatnya sebagian sekolah, tempat wisata, pusat
perbelanjaan maupun pabrik ditutup sementara. Beberapa kantor pun menerapkan work from home (WFH) pada karyawannya
untuk membatasi penyebaran virus corona. Masyarakat Indonesia juga sementara
waktu dilarang berpergian jauh. Kebijakan ini tentu akan sangat mempengaruhi
berbagai sektor terutama sektor ekonomi.
Pandemi
Covid-19 telah membawa dampak serius pada perekonomian global. Hampir di
seluruh negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Hal itu dikhawatirkan
akan membawa mereka ke jurang resesi. Jika selama dua kuartal berturut-turut
pertumbuhan ekonominya negatif maka negara tersebut akan masuk ke dalam fase
resesi. Banyak negara telah terkonfirmasi masuk ke dalam jurang resesi seperti
Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Spanyol,
Malaysia, Singapura, Thailand dan beberapa negara lainnya pada kuartal
II-2020. Lalu, bagaimana dengan di
Indonesia ?
Pada kuartal I-2020, Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,97%.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 ini melambat dibandingkan capaian triwulan
I-2019 yang sebesar 5,07%. Dan pertumbuhan tersebut juga mengalami kontraksi
2,41% dibandingkan triwulan IV-2019. Salah satu penyebab penurunan pertumbuhan
ekonomi ini disebabkan oleh turunnya sejumlah ekspor Indonesia ke China dan
Amerika Serikat yang menjadi dua negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Hal
ini dikarenakan pembatasan sosial maupun
lockdown yang diberlakukan di sejumlah negara membuat perdagangan tidak
berjalan efektif.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah
melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terhadap kuartal
II-2019 mengalami kontraksi minus 5,32% yoy. Pertumbuhan ekonomi ini lebih
buruk dari yang diprediksi. Sebelumnya, Kementrian Keuangan memprediksikan
bahwa pada kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan minus 4,3% yang
direvisi dari proyeksi awal yakni minus 3,8%.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani,
penurunan tajam di kuartal II-2020 dikarenakan oleh beberapa sektor yang
mengalami kontraksi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor yang
mengalami kontraksi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada sektor
transportasi dan perdagangan yang mengalami kontraksi sebesar 30,84%, serta
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang mengalami kontraksi sebesar
22,02%. Namun, Indonesia masih belum dapat dikatakan telah memasuki fase resesi
pada kuartal II-2020 ini. Oleh karena itu, kuartal III-2020 akan menjadi
penentu apakah Indonesia akan memasuki fase resesi atau tidak.
Presiden Joko Widodo berharap agar pada
kuartal III-2020 ekonomi akan membaik, bila tidak maka Indonesia akan masuk ke
jurang resesi. Pemerintah pun sudah menyiapkan beberapa upaya agar perekonomian
Indonesia kembali positif. Pertama, melakukan belanja besar-besaran guna
meredam kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Kedua, membentuk Komite
Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Ketiga, memberi bantuan
kredit bunga rendah dan menyiapkan berbagai program agar UMKM dapat bergeliat
kembali. Keempat, pemerintah menempatkan dana di perbankan guna memutar roda
ekonomi. Kelima, pemerintah melakukan peminjaman kredit modal kerja untuk
koperasi. Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk menggenjot konsumsi atau
belanja di dalam negeri .
Menurut Menteri Perdagangan, Agus
Suparmanto, salah satu upaya untuk membuat pertumbuhan positif ekonomi
Indonesia adalah dengan meningkatkan konsumsi produk dalam negeri. Pemerintah pun menggalakkan program Bangga
Buatan Indonesia yang mana mengajak masyarakat Indonesia untuk membeli produk
buatan negeri sendiri. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, jika terus
didorong untuk berbelanja produk lokal maka perekonomian Indonesia akan dapat
meningkat. Oleh karena itu, melalui beberapa upaya tersebut diharapkan ekonomi
nasional pada kuartal III-2020 akan membaik sehingga Indonesia selamat dari
fase resesi.