Situ Babakan: Acara Bersenang Senang Khas Forkas
April 14, 2013
kegiatan
Jarkom Forkas mewarnai minggu pagi cerah di awal bulan April. Isi jarkom ‘jangan lupa kumpul di depan kampus pukul 6.30’. Jarkom ini mengingatkan para anggota Forkas akan sebuah acara yang berjudul ‘Bersenang-Senang’. Acara Bersenang-Senang ini akan dilakukan di Situ Babakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Apakah yang menarik di daerah ini hingga membawa anggota Forkas meluncur ke daerah yang hampir berbatasan dengan Depok ini? Ikutilah kisahnya hingga akhir. :D
Jarkom kumpul 6.30 untuk Acara Bersenang-Senang ini tentunya tak lepas dari khilaf dan salah (ngaret hehe *red). Kopaja yang membawa kami mulai meluncur meninggalkan kampus tercinta pukul 7.30. Jalan-jalan yang kami lalui masih lengang dan minim kendaraan bermotor. Kopaja membawa kami melewati jalan-jalan yang tidak dilalui rute busway dan berdasarkan survey kepada lima penduduk bangku VIP (bangku di atas ban belakang *red), diketahui bahwa mereka semua belum pernah melewati jalan tersebut (apakah karena terjebak di segitiga pascal STIS? *red). Kopaja full AC alam melaju teratur mengikuti jalan-jalan sempit Jakarta Selatan sebagai tanda bahwa kami telah semakin dekat dengan Situ Babakan. Jalan raya berangsur-angsur berganti dengan jalan-jalan kecil khas jalan pemukiman penduduk. Suasana asri pepohonan yang tenang dan sejuk seolah membawa kami ke tempat lain meski sebenarnya kami masih menginjak tanah Jakarta yang khas akan polusi. Belokan demi belokan, kami lalui hingga akhirnya kopaja memasuki sebuah gerbang bertuliskan ‘Pintu Masuk Bang Pitung Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan’.
Kami berhenti ketika beberapa orang memberikan instruksi untuk turun dan Kopaja tidak diizinkan untuk masuk hingga ke pinggir Situ. Berdasarkan tiket yang diberikan sang bapak penjaga parkir, biaya masuk untuk kami satu kopaja adalah 35 ribu rupiah. Perjalanan menuju pinggir Situ dilakukan melewati jalan-jalan pemukiman penduduk. Pemukiman khas Betawai memang mewarnai tepi-tepi jalan menuju situ. Pintu masuk pejalan kaki ternyata adalah sebuah gerbang kecil di depan rumah penuh lampion khas Betawi. Bangunan pertama di kompleks ini adalah sebuah panggung budaya serta kantor pelayanan wisata. Panggung budaya ini masih kosong, hanya terlihat segerombolan anak-anak berpakaian khas Betawi berlatih bela diri di daerah terbuka di depan panggung. Beberapa pengunjung duduk di atas tikar sambil menikmati sarapan dari rantang yang mereka bawa. Latihan bela diri menjadi sebuah tontonan gratis dibuai semilir angin.
Rombongan kami melewati arena latihan bela diri dan menuruni undakan menuju pinggir situ. Orang-orang telah ramai memadati penjual makanan di tepi situ. Kekhasan daerah ini mulai terlihat dengan jelas. Tiga kata tentang tempat ini Situ, Kuliner, dan Betawi. Penjual makanan khas Betawai bertaburan sepanjang jalan dengan gerobak-gerobak mereka, sesekali lewat sebuah delman dengan kusir berpakaian Betawi. Sebuah kampung Betawi yang khas di selatan Jakarta. Perjalanan kami akhirnya berhenti di ujung penjual Kentang Arab. Kebingungan menyelimuti kami yang melihat trotoar basah, namun masalah ini terselesaikan dengan cepat karena warung di sini adalah warung multifungsi juga sebagai tempat penyewaan tikar (kegiatan ekonomi yang tidak terduga dapat terjasi *red). Kami menyewa dua tikar untuk menikmati sarapan bersama.
Jarkom kumpul 6.30 untuk Acara Bersenang-Senang ini tentunya tak lepas dari khilaf dan salah (ngaret hehe *red). Kopaja yang membawa kami mulai meluncur meninggalkan kampus tercinta pukul 7.30. Jalan-jalan yang kami lalui masih lengang dan minim kendaraan bermotor. Kopaja membawa kami melewati jalan-jalan yang tidak dilalui rute busway dan berdasarkan survey kepada lima penduduk bangku VIP (bangku di atas ban belakang *red), diketahui bahwa mereka semua belum pernah melewati jalan tersebut (apakah karena terjebak di segitiga pascal STIS? *red). Kopaja full AC alam melaju teratur mengikuti jalan-jalan sempit Jakarta Selatan sebagai tanda bahwa kami telah semakin dekat dengan Situ Babakan. Jalan raya berangsur-angsur berganti dengan jalan-jalan kecil khas jalan pemukiman penduduk. Suasana asri pepohonan yang tenang dan sejuk seolah membawa kami ke tempat lain meski sebenarnya kami masih menginjak tanah Jakarta yang khas akan polusi. Belokan demi belokan, kami lalui hingga akhirnya kopaja memasuki sebuah gerbang bertuliskan ‘Pintu Masuk Bang Pitung Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan’.
Kami berhenti ketika beberapa orang memberikan instruksi untuk turun dan Kopaja tidak diizinkan untuk masuk hingga ke pinggir Situ. Berdasarkan tiket yang diberikan sang bapak penjaga parkir, biaya masuk untuk kami satu kopaja adalah 35 ribu rupiah. Perjalanan menuju pinggir Situ dilakukan melewati jalan-jalan pemukiman penduduk. Pemukiman khas Betawai memang mewarnai tepi-tepi jalan menuju situ. Pintu masuk pejalan kaki ternyata adalah sebuah gerbang kecil di depan rumah penuh lampion khas Betawi. Bangunan pertama di kompleks ini adalah sebuah panggung budaya serta kantor pelayanan wisata. Panggung budaya ini masih kosong, hanya terlihat segerombolan anak-anak berpakaian khas Betawi berlatih bela diri di daerah terbuka di depan panggung. Beberapa pengunjung duduk di atas tikar sambil menikmati sarapan dari rantang yang mereka bawa. Latihan bela diri menjadi sebuah tontonan gratis dibuai semilir angin.
Rombongan kami melewati arena latihan bela diri dan menuruni undakan menuju pinggir situ. Orang-orang telah ramai memadati penjual makanan di tepi situ. Kekhasan daerah ini mulai terlihat dengan jelas. Tiga kata tentang tempat ini Situ, Kuliner, dan Betawi. Penjual makanan khas Betawai bertaburan sepanjang jalan dengan gerobak-gerobak mereka, sesekali lewat sebuah delman dengan kusir berpakaian Betawi. Sebuah kampung Betawi yang khas di selatan Jakarta. Perjalanan kami akhirnya berhenti di ujung penjual Kentang Arab. Kebingungan menyelimuti kami yang melihat trotoar basah, namun masalah ini terselesaikan dengan cepat karena warung di sini adalah warung multifungsi juga sebagai tempat penyewaan tikar (kegiatan ekonomi yang tidak terduga dapat terjasi *red). Kami menyewa dua tikar untuk menikmati sarapan bersama.
Sarapan bersama dimulai, dalam beberapa waktu, semua anggota Acara Bersenang-Senang ini larut dalam nikamtnya nasi uduk yang baru kami temui sekitar pukul 9 pagi. Setelah perut terisi dengan nasi uduk, acara sebenarnya dimulai. Kak Agustin, selaku MC mengatakan bahwa acara selanjutnya adalah perkenalan. Perkenalan dilakukan silih berganti oleh semua peserta Acara Bersenang-Senang ini. Perkenalan dilanjutkan dengan acara sharing. Sharing dimulai oleh kakak-kakak tingkat atas mengenai skripsi dan ujian kompre. Pokok utama dari apa yang mereka jelaskan bahwa skripsi dan ujian kompre harus direncanakan jauh-jauh hari bahkan sebelum pengumuman untuk mengumpulkan judul. Persiapan yang terlalu singkat akan menyebabkan tingkat stress yang tinggi. Sedangkan ujian kompre yang ternyata penuh dengan soal teori harus disiasati dengan mendalami pemahaman setiap pelajaran di tingkat sebelumnya, bukan hanya belajar untuk menghitung.
Masalah paling krusial dari kegiatan sharing ini adalah masalah jurusa, STATISTIKA ATAU KOMPUSTASI STATISTIK? Kegalauan tergambar pada wajah mahasiswa tingkat 1. Kakak-kakak dari tingkat 4 hingga tingkat 2 membeberkan kronologis terpilihnya jurusan mereka saat ini. Alasan yang terjadi beragam, ada yang memang keinginan, bisikan hati, hingga ‘dipilihkan’ oleh kampus. Semua itu menjadi bahan pertimbangan mahasiswa tingkat 1 untuk bijaksana memilih jurusan. Semua jurusan memiliki keunggulan masing-masing di bidang yang berbeda. Pesan utama yang kakak-kakak sampaikan adalah apapun jurusannya, kecintaan dari hatilah yang akan membuat sukses. Isu-isu tentang jurusan juga dibeberkan dalam kegiatan sharing seperti wawasan mengenai kekhususan jurusan hingga cara ’pindah’ jurusan. Sharing ditutup dengan curhatan setiap peserta Acara Bersenang-Senang mengenai suka-duka di Forkas yang membekas di hati masing-masing.
Acara selanjutnya adalah games. Anggota perempuan dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing empat orang dan laki-laki dibagi menjadi dua kelompok masing-masing empat orang. Masing-masing kelompok harus membuat yel-yel yang akan ditandingkan. Yel-yel yang dihasilkan ternyata cenderung aneh, namun inilah yang membuat suasana semakin meyenangkan. Games kali ini adalah ‘Lingkaran Setan’. Games ini dilakukan dengan tali raffia yang harus digerakkan ke seluruh anggoa kelompok tanpa melepaskan gandengan tangan. Games dimulai, secepat mungkin setiap kelompok menggerakkan tali dan pemenangnya adalah Kelompok 3 untuk perempuan dan Kelompok 1 untuk laki-laki. Hadiahnya sungguh mengejutkan!!! Mahkota Permen -_-“. Secara bergantian setiap kelompok berfoto menggunakan mahkota permen. Mahkota permen juga dipakai oleh Mas Aan, ketua Forkas (:P).
Games berakhir, FREE TIME!!! Kami berjalan berkelompok-kelompok kecil menyusuri jalan di tepi Situ Babakan ditemani ayunan daun dan semilir angin. Kami mencicipi kuliner Betawi yang rasanya masing asing di lidah perantau seperti kami. Kami mencicipi Kerak Telor, Es Selendang Mayang, Arum Manis, Kentang Arab, hinggga BIR PLETOK. Tunggu, ini bukan bir yang sesungguhnya, bir ini sebenarnya terasa seperti bnadrek jahe yang menghangatkan tubuh. Di tepian Situ Babakan tidak hanya ada berbagai macam kuliner Betawi, tetapi juga dijual berbagai souvenir khas Betawi. Harga kuliner dna souvenir masih cukup terjangkau di kantong wisatawan. Situ Babakan juga dapat diaruni dengan sepeda air (Bebek-bebekan), namun sayangnya bebek-bebekan istirahat dari pukul 11.30 hingga pukul 12.45.
Mahasisiwa tingkat 1 mengisi perut mereka dengan soto mie sambil adu ilmu matematika dengan penjualnya. Sang penjual menjual nasi seporsi plus soto mie seharga Rp 9000 dan nasi setengah porsi plus soto mie dengan harga Rp 8000. Seolah ingin bermain dengan tipuan harga ini, sang bapak pura-pura lupa jika kami memesan nasi setengah porsi, ia berdalih bahwa nasi seporsi bisa dibagi dua. Namun, coba dihitung dengan matematika praktis, bukankah itu berarti, kami harus menambah bayaran Rp 500??? (coba simak dengan lebih teliti lagi. Hehe *red). Penghematan khas anak kos juga terlihat disini bahwa kami semua membawa air minum masing-masing sehingga tidak perlu memesan minuman. :D
Agenda terakhir kami adalah menonton pertunjukan budaya Betawi yang mulai pukul 13.00. Pertunjukan dimulai dengan nasyid khas Betawi dan akan dilanjutkan dengan Lenong pada pukul 14.00. Sayangnya, dengan berbagai pertimbangan, kami akhirnya pulang pukul 13.30. Tapi sebelum pulang, foto bersama dulu dong. Kami berfoto di depan rumah penuh lampion khas Betawi. :D
Acara Bersenang-Senang telah berakhir seiring laju Kopaja meninggalkan Kampung Bang Pitung, kami tertidur di dalam Kopaja yang full AC alam dan polusi Jakarta. Namun, meski fase pertemuan dan perpisahan dengan Situ Babakan telah berakhir, memori akan kerindangan pohon dan semilir angin Situ Babakan akan terus terukir indah di hati kami. Memori mengikat pertemuan dan perpisahan untuk dikenang sepanjang hayat. (Iffah)
Masalah paling krusial dari kegiatan sharing ini adalah masalah jurusa, STATISTIKA ATAU KOMPUSTASI STATISTIK? Kegalauan tergambar pada wajah mahasiswa tingkat 1. Kakak-kakak dari tingkat 4 hingga tingkat 2 membeberkan kronologis terpilihnya jurusan mereka saat ini. Alasan yang terjadi beragam, ada yang memang keinginan, bisikan hati, hingga ‘dipilihkan’ oleh kampus. Semua itu menjadi bahan pertimbangan mahasiswa tingkat 1 untuk bijaksana memilih jurusan. Semua jurusan memiliki keunggulan masing-masing di bidang yang berbeda. Pesan utama yang kakak-kakak sampaikan adalah apapun jurusannya, kecintaan dari hatilah yang akan membuat sukses. Isu-isu tentang jurusan juga dibeberkan dalam kegiatan sharing seperti wawasan mengenai kekhususan jurusan hingga cara ’pindah’ jurusan. Sharing ditutup dengan curhatan setiap peserta Acara Bersenang-Senang mengenai suka-duka di Forkas yang membekas di hati masing-masing.
Acara selanjutnya adalah games. Anggota perempuan dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing empat orang dan laki-laki dibagi menjadi dua kelompok masing-masing empat orang. Masing-masing kelompok harus membuat yel-yel yang akan ditandingkan. Yel-yel yang dihasilkan ternyata cenderung aneh, namun inilah yang membuat suasana semakin meyenangkan. Games kali ini adalah ‘Lingkaran Setan’. Games ini dilakukan dengan tali raffia yang harus digerakkan ke seluruh anggoa kelompok tanpa melepaskan gandengan tangan. Games dimulai, secepat mungkin setiap kelompok menggerakkan tali dan pemenangnya adalah Kelompok 3 untuk perempuan dan Kelompok 1 untuk laki-laki. Hadiahnya sungguh mengejutkan!!! Mahkota Permen -_-“. Secara bergantian setiap kelompok berfoto menggunakan mahkota permen. Mahkota permen juga dipakai oleh Mas Aan, ketua Forkas (:P).
Games berakhir, FREE TIME!!! Kami berjalan berkelompok-kelompok kecil menyusuri jalan di tepi Situ Babakan ditemani ayunan daun dan semilir angin. Kami mencicipi kuliner Betawi yang rasanya masing asing di lidah perantau seperti kami. Kami mencicipi Kerak Telor, Es Selendang Mayang, Arum Manis, Kentang Arab, hinggga BIR PLETOK. Tunggu, ini bukan bir yang sesungguhnya, bir ini sebenarnya terasa seperti bnadrek jahe yang menghangatkan tubuh. Di tepian Situ Babakan tidak hanya ada berbagai macam kuliner Betawi, tetapi juga dijual berbagai souvenir khas Betawi. Harga kuliner dna souvenir masih cukup terjangkau di kantong wisatawan. Situ Babakan juga dapat diaruni dengan sepeda air (Bebek-bebekan), namun sayangnya bebek-bebekan istirahat dari pukul 11.30 hingga pukul 12.45.
Mahasisiwa tingkat 1 mengisi perut mereka dengan soto mie sambil adu ilmu matematika dengan penjualnya. Sang penjual menjual nasi seporsi plus soto mie seharga Rp 9000 dan nasi setengah porsi plus soto mie dengan harga Rp 8000. Seolah ingin bermain dengan tipuan harga ini, sang bapak pura-pura lupa jika kami memesan nasi setengah porsi, ia berdalih bahwa nasi seporsi bisa dibagi dua. Namun, coba dihitung dengan matematika praktis, bukankah itu berarti, kami harus menambah bayaran Rp 500??? (coba simak dengan lebih teliti lagi. Hehe *red). Penghematan khas anak kos juga terlihat disini bahwa kami semua membawa air minum masing-masing sehingga tidak perlu memesan minuman. :D
Agenda terakhir kami adalah menonton pertunjukan budaya Betawi yang mulai pukul 13.00. Pertunjukan dimulai dengan nasyid khas Betawi dan akan dilanjutkan dengan Lenong pada pukul 14.00. Sayangnya, dengan berbagai pertimbangan, kami akhirnya pulang pukul 13.30. Tapi sebelum pulang, foto bersama dulu dong. Kami berfoto di depan rumah penuh lampion khas Betawi. :D
Acara Bersenang-Senang telah berakhir seiring laju Kopaja meninggalkan Kampung Bang Pitung, kami tertidur di dalam Kopaja yang full AC alam dan polusi Jakarta. Namun, meski fase pertemuan dan perpisahan dengan Situ Babakan telah berakhir, memori akan kerindangan pohon dan semilir angin Situ Babakan akan terus terukir indah di hati kami. Memori mengikat pertemuan dan perpisahan untuk dikenang sepanjang hayat. (Iffah)
BAGIKAN