Seminar Nasional 2014: Konferensi Temu Pemimpin

Januari 27, 2014 kegiatan

Dobrakan untuk Indonesiaku

“It’s better to light a candle than curse the darkness” ~ Eleanor Roosevelt

Sudah bukan waktunya lagi pemuda Indonesia diam di tengah berbagai permasalahan yang sedang melanda negara ini. Banyak ide bermunculan namun gairah untuk merealisasikannya nol besar.

Siapapun dapat bergerak untuk aktif memajukan negara ini, namun terkadang kita terhambat oleh pengetahuan yang minim tentang ‘bagaimana memulai sebuah gerakan yang bermanfaat untuk semua’. Oleh karena itu, berbekal rasa ingin tahu tentang kepemimpinan dan sociopreneur, kali ini beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) khususnya UKM FORKAS menghadiri Konferensi Nasional Temu Pemimpin. Event ini diselenggarakan oleh organisasi berskala nasional bernama Parlemen Muda Indonesia.

Temu Pemimpin kali ini ingin mengantarkan pesan optimisme kepada anak muda dan masyarakat umum melalui sembilan narasumber yang kompeten di bidangnya. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2014, 09.00-13.00, di The Cone FX Sudirman. Pembicara terundang dibagi dalam tiga kategori dimana satu kategori satu sesi yang diisi oleh tiga pembicara. Pergantian sesi ditampilkan video dari keynote speaker, yakni Dino Patti Djalal dan Anies Baswedan karena keduanya berhalangan hadir.

Sesi 1: Dobrakan Sistemik dan Bergema

  • Phillia Wibowo, Young Leaders For Indonesia, McKinsey & Company
  • Arief Aziz, Communications Director, Change.Org Indonesia, Kurator TEDxJakarta
  • Tri Mumpuni, Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan

Sesi 2: Dobrakan Sosial dan Inovatif

  • Gamal Albinsaid, Dokter “Sampah”
  • Rieke Carolina, Penggagas Komunitas Wayang Village
  • Ivan Ahda, Head of Training and Consulting, Rumah Perubahan

Sesi 3: Dobrakan Sektor dan Kepemimpinan

  • Aldi Haryopratomo. CEO PT Rekan Usaha Mikro Anda
  • Bima Arya, Walikota Terpilih Bogor 2015-2019
  • Keynote Speech Video: “Pemuda Sebagai Katalis Dobrakan, Bukan Sekedar Penggebrak”
  • Anies Baswedan, Penggagas Indonesia Mengajar, Rektor Universitas Paramadina
  • Dino Patti Djalal, Penggagas Diaspora Indonesia, Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
Intisari yang dapat diambil dari acara tersebut adalah kita sebagai pemuda bangsa harus berani keluar dari zona nyaman. Kenapa? Zona nyaman tidak akan mengajarkan kita menjadi manusia yang sosialis, kita hanya akan selalu peduli dan berusaha membenari kehidupan privasi serta lupa menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Keluar dari zona nyaman dan membuat gerakan yang bermanfaat bersama – sama sesuai bakat akan mengasah softskill. Jika kita bermanfaat bagi orang lain, selain membantu memperbaiki kondisi bangsa, kita juga akan semakin disayang oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Beberapa tips dari dr.Gamal Albinsaid (Dokter “Sampah”) bahwa untuk membuat gerakan harus memperhatikan tiga hal :
  • Pleasure = dengan hati yang senang, maka kita akan melakukan segala sesuatunya yang terbaik
  • Strength = membuat gerakan dimana bukan hanya yang kita inginkan, namun juga sesuai dengan bakat kita
  • Meaning = apapun yang kita lakukan harus bermanfaat dunia dan akhirat

Ada segumpal daging di dada kirimu, kalau itu baik, baiklah hidupmu. Kalau itu kotor, kotorlah hidupmu” ~ Tri Mumpuni (Founder Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan)


Oleh: Iangrea 53

Beri Komentar