Damn, I Love Indonesia!

Juni 22, 2012 igsd

Damn, I Love Indonesia! Tidak, ini bukanlah promosi untuk sebuah brand.

Indonesia raya
Merdeka- merdeka
Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka- merdeka
Hiduplah Indonesia raya

Lirik dalam lagu ini adalah sebuah gambaran harapan, semangat, kecintaan, dan optimisme untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Dan ketika menyanyikan lagu ini, pernahkah kita merasa tergugah? Atau terharu? Atau paling tidak memaknai kata demi kata dari setiap lirik dalam lagu ini. Atau apakah kita menyanyikan lagu ini hanya sekedar mengikuti conductor pada upacara bendera atau acara- acara resmi lain?

Bung Karno pernah berkata dalam salah satu pidatonya “Beri aku seribu pemuda maka aku akan memindahkan gunung. Beri aku sepuluh pemuda yang cinta tanah air maka aku akan mengubah dunia.” Itulah gambaran betapa dahsyatnya kekuatan pemuda yang cinta tanah air. (Namun sayang quote ini sepertinya dipelesetkan menjadi suatu quote yang berbau- bau boyband).

Pemuda dan nasionalisme memang selalu dihubung- hubungkan. Mengapa? Karena pemudalah yang akan membangun bangsa dan pembangunan haruslah dilandasi oleh dedikasi. Dan menurut saya dedikasi itu adalah wujud cinta. Seorang guru mendedikasikan hidupnya untuk mengajar karena dia cinta dengan pekerjaannya sebagai guru. Seorang anak mendedikasikan hidup untuk ibunya karena ia cinta. Seorang istri mendedikasikan hidup untuk keluarganya juga karena cinta. Maka pemuda dalam membangun bangsa juga karena perasaan cinta kepada tanah air.

Apa yang terjadi sekarang? Masih adakah rasa cinta yang dimiliki pemuda? Saya yakin masih ada, namun saya tidak begitu yakin seberapa kuantitas dan kualitas dari kecintaan itu. Atau apakah rasa cinta tanah air hanya masuk beberapa saat dalam otak pada saat kelas kewarganegaraan tanpa sempat masuk ke dalam hati. Who knows?

Menurut saya ada satu alasan mengapa terjadi degradasi akan kecintaan terhadap tanah air. Namun ini hanyalah hipotesis saya. Masih dibutuhkan pembuktian lebih lanjut apakah hipotesis ini ditolak atau gagal tolak. Teorinya seperti ini, cinta biasanya berawal dari perasaan kagum. Seorang wanita biasanya jatuh cinta berawal dari rasa kagum kepada seorang (mungkin juga beberapa orang) lelaki, entah itu kagum karena mukanya, otaknya, hatinya, atau uangnya. Intinya kagum akan kelebihan. Maka saya membuat hipotesis bahwa degradasi cinta tanah air yang terjadi pada pemuda karena mereka berpikir tidak ada yang bisa dikagumi (lagi) dari negeri ini.

Indonesia memang kaya akan sumber daya alam. Kelapa sawit, kakao, timah, bauksit, nikel, batu bara, gas alam, energi panas bumi, perak, emas. Bahkan mungkin ketika kita menyebutkan semua mineral yang ada pada tabel periodik unsur, semuanya ada di Indonesia. Banggakah kita? Harusnya, tetapi kekecewaan jauh lebih besar dari kebanggan kita sebab kekayaan ini dikuasai oleh asing. Pertumbuhan ekonomi kita mencapai 6,5 persen pada tahun 2011 dan ini bisa dibilang prestisius di tengah- tengah kondisi ekonomi dunia yang sedang labil. Banggakah kita? Harusnya, tetapi kebanggaan ini ditutupi oleh kebencian kita melihat perumahan kumuh di antara gedung- gedung tinggi nan megah. Kebanggan kita ditutupi rasa muak kita melihat anak- anak pembawa amplop putih lusuh di angkot- angkot atau ibu- ibu yang mengemis di trotoar. Kita punya sosok menteri yang menerobos pintu tol dan melempar sepatu impornya. Banggakah kita? Harusnya, tetapi justru yang muncul adalah prasangka bahwa ini hanyalah politik pencitraan. Mengapa? Karena pejabat yang korup (baik yang sudah terbukti ataupun diduga) masih sangat banyak jumlahnya. Para pembeli keadilan masih bertebaran di mana- mana.

Hal lain misalnya. Kita punya pantai Kuta, Sanur, Senggigi, Bunaken, Raja Ampat. Banggakah kita? Sebenarnya, tapi lebih bangga lagi ketika pernah mengunjungi Phattaya atau Phuket. Di Jakarta bertebaran mall di mana- mana. (Setidaknya ini adalah kebanggaan Jakarta). Namun lebih bangga lagi ketika shopping di Orchard Road.. Kita punya Dufan, ada Trans Studio. Banggakah kita? Bangga, tapi lebih bangga lagi jika menghabiskan liburan di Disneyland, Hongkong. Mengapa kita selalu lebih cinta dan bangga dengan kelebihan negara lain?

Sekali lagi, menurut dugaan saya, ini karena kita tidak lagi bangga dan kagum akan kelebihan negeri ini. Perasaan cinta saya yakin masih ada, namun semuanya ditutupi oleh kemuakan atas ketidakberesan negeri ini. Saya sendiri bahkan muak ketika menonton berita, dan melihat isinya jika tidak kasus korupsi, susahnya akses pendidikan, perpecahan kelompok, dan berita- berita menyedihkan lainnya. Seolah- olah negeri ini penuh masalah di mana- mana.

Namun apakah lantas kemuakan ini menyebabkan kita menjadi pesimis akan masa depan negeri ini? Jawabannya adalah tidak. Kita harus optimis. Walaupun memang susah, namun akan selalu ada jalan. Seseorang pernah berkata bahwa apapun kondisi negara ini, kita harus tetap mencintainya. Kita perlu untuk mengubah pandangan dari rendah diri menjadi percaya diri. Kita perlu berubah dari tidak punya harapan menjadi penuh harapan. Kita perlu berubah dari pesimis menjadi optimis. Ibu pertiwi memang sedang sakit. Ibu pertiwi memang sedang dirundung galau. Tentu kita tidak ingin melihat orang yang kita cintai menderita. Kita tentu akan berupaya untuk melihat orang yang kita cintai bahagia. Sama halnya dengan negeri ini. Ibu pertiwi membutuhkan cinta dari kita semua untuk membantu menyembuhkan sakitnya. Bukan malah hujatan. Ibu pertiwi membutuhkan pengabdian sebagai bentuk cinta yang tulus.

Semoga hipotesis yang saya kemukakan sebelumnya gagal tolak dengan tingkat keyakinan berapapun. Semoga kita masih bangga dan mencintai negeri ini. Semoga kita bisa mengungkapkan dengan tulus dari hati “Damn, I Love Indonesia!”.


Oleh: DL (2C)

Beri Komentar