Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Penyebabnya

Mei 21, 2022 igsd

 

Baru-baru ini, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan munculnya penyakit hepatitis akut yang banyak menyerang anak-anak. Hepatitis akut merupakan kondisi peradangan pada lever atau hati. Menurut dr. Fadhli Rizal Makarim, bila lama peradangan atau cedera pada hati berlangsung kurang dari enam bulan, kondisi itu disebut hepatitis akut. Sebaliknya, bila peradangan atau cedera berlangsung lebih dari enam bulan, kondisi itu disebut hepatitis kronis. Hepatitis akut cukup umum ditemui serta menyerang lebih banyak pria dibanding wanita. Selain itu, kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun dan dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.


Ilustrasi hati yang sehat (Sumber: freepik.com)

Dokter Gastro-Hepatologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dr. dr. Sp. A(K). Bagus Setyoboedi, menjelaskan bahwa penyakit hepatitis akut menunjukan proses peradangan di hati (hepatitis) yang belum diketahui penyebabnya. Tidak diketahuinya etiologi dari hepatitis ini menyebabkan banyak kesulitan, baik dari segi pencegahan, penanganan, hingga penanggulangan penyebaran. Gejala ringan yang tampak di antaranya adalah demam, mual, nyeri otot, muntah, diare, sakit perut dan demam, dan sebagian disertai gejala kuning. Hepatitis akut juga dapat menyebabkan gejala berat atau fulminan, seperti gangguan pembekuan darah dan penurunan kesadaran.

Indonesia melaporkan kasus pertama diduga hepatitis akut pada bulan April 2022. Saat itu, tiga pasien anak di DKI Jakarta meninggal dunia setelah dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan kondisi terlanjur kritis. Mereka meninggal dalam kurun waktu yang berbeda dalam dua pekan hingga 30 April 2022. Adapun gejala yang dialami pada pasien-pasien tersebut meliputi diare berat, mual, muntah, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran. Sepekan kemudian, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, dr. Kasil Rokhmat, mengumumkan pasien anak perempuan berusia tujuh tahun meninggal dunia. Dia diduga kuat meninggal karena hepatitis. Kasus selanjutnya dilaporkan pada Senin (9/5), di mana bayi berusia satu bulan 29 hari asal Solok, Sumatera Barat meninggal dunia akibat penyakit tersebut.

Kasus hepatitis akut di Indonesia dilaporkan bertambah di sejumlah daerah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan pada hari Jumat (13/5), terdapat 18 kasus hepatitis akut yang terdeteksi di 5 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Bangka Belitung. Sebanyak 9 di antaranya dalam kategori pending klasifikasi, 7 pasien lain bukan hepatitis akut, dan 2 pasien masih dalam pemeriksaan. Selanjutnya, pada Selasa (17/5), juru bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH melaporkan dugaan kasus hepatitis akut di Indonesia bertambah sebanyak 14 kasus. Pasien meninggal dunia dilaporkan bertambah dua orang sehingga total ada 7 pasien meninggal di Indonesia akibat penyakit tersebut. Sementara itu, Kemenkes masih melakukan verifikasi di lapangan terkait 21 kasus dugaan hepatitis akut di DKI Jakarta.

Kasus hepatitis pada anak di bawah umur 5 tahun menjadi yang terbanyak, yaitu mencapai tujuh kasus, umur 6 sampai 10 tahun dua kasus, dan umur 11-16 tahun lima kasus. Dari 14 kasus dugaan hepatitis akut, terdapat 6 kasus meninggal dunia, 4 kasus masih dirawat, dan 4 kasus sudah dipulangkan.


Pola hidup bersih dan sehat (Sumber: freepik.com)

Masyarakat diminta untuk disiplin menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup bersih dan sehat tersebut meliputi mencuci tangan sebelum makan dan memasak makanan dengan baik untuk mencegah penularan hepatitis akut. Dua hal itu seharusnya menjadi protokol karena penyakit tersebut menular melalui asupan makanan yang masuk melalui mulut. Kendati demikian, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menilai hepatitis akut tidak semenular penyakit-penyakit lainnya, termasuk Covid-19 yang sudah menjadi pandemi. Akan tetapi, masyarakat tetap perlu melakukan pencegahan untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh penyakit ini dalam skala besar dan jangka waktu yang panjang.

 

 

 

 

Sumber:

www.halodoc.com

www.tvonenews.com

www.suara.com

nasional.kompas.com

www.tvonenews.com


Beri Komentar