Waspada Monkeypox! Kenali Penyebabnya dan Hindari Penularannya

Juni 04, 2022 igsd

 

Akhir- akhir ini dunia kembali membawa kabar mengenai virus monkeypox atau cacar monyet yang tengah menyebar di sejumlah negara Eropa. Cacar Monyet ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang warga Nigeria dan telah menjadi endemik di Afrika Tengah dan Barat. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa wabah yang baru-baru ini dilaporkan sejauh ini merupakan hal tidak biasa. Saat ini sudah ada 300 kasus cacar monyet yang terkonfirmasi dan dicurigai (suspect). Penyakit ini telah terdeteksi di Inggris, Portugal, dan Spanyol selama beberapa minggu terakhir dan mayoritas pengidapnya tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah rawan cacar jenis ini. WHO menyebut bahwa dugaan kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 12 negara di mana virus tersebut bukan endemik.

Monkeypox disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dari keluarga Poxviridae. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat dan terkadang tersebar ke daerah lain. monkeypox manusia pertama kali diidentifikasi pada manusia tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo pada seorang anak laki-laki berusia 9 bulan. Biasanya, penyakit ini dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama dua hari sampai empat minggu. Akan tetapi, kasus yang parah juga dapat terjadi. Dalam beberapa waktu terakhir, rasio kasus kematian telah mencapai 3 - 6%. Presentasi klinis dari monkeypox menyerupai cacar. Meskipun demikian, WHO menjelaskan bahwa tingkat penularan monkeypox lebih rendah dibandingkan cacar (smallpox) dan menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.

Vaksin yang digunakan selama program pemberantasan cacar (smallpox) juga memberikan perlindungan terhadap monkeypox. Vaksin baru telah dikembangkan dan disetujui untuk pencegahan cacar monyet. Selain itu, agen antivirus yang dikembangkan untuk pengobatan cacar juga telah dilisensikan untuk pengobatan monkeypox.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa penularan virus cacar monyet terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan hewan, manusia, atau bahan yang telah terkontaminasi virus. Penularannya terjadi ketika seseorang terpapar oleh droplet hewan yang telah terinfeksi pada jarak yang dekat. Kemudian, virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit, saluran pernapasan, atau selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut.  Penularan dari hewan ke manusia juga dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran dan kontak langsung dengan cairan atau luka hewan. Sementara itu, penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda yang telah terkontaminasi virus. Tidak hanya itu, WHO kini tengah menyelidiki penyebaran kasus cacar jenis ini yang diduga bisa ditularkan melalui aktivitas seksual.

Gejala awal cacar monyet antara lain demam, sakit kepala, menggigil, nyeri otot, bengkak, dan nyeri punggung. Pasien biasanya mengalami ruam satu sampai tiga hari setelah munculnya demam, bintik-bintik cacar sering dimulai pada wajah dan menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti telapak tangan dan telapak kaki. Ruam, yang dapat menyebabkan gatal parah, kemudian melewati beberapa tahap sebelum bintik-bintik cacar berubah membentuk koreng dan rontok dengan sendirinya dalam kurun waktu dua hingga empat minggu.

Meningkatkan kesadaran akan faktor risiko dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi paparan virus adalah strategi pencegahan utama penyebaran monkeypox. Studi ilmiah sedang dilakukan saat ini untuk menilai kelayakan dan kesesuaian vaksinasi untuk pencegahan dan pengendalian monkeypox.


Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan monkeypox:

  • Menerapkan perilaku hidup sehat seperti cuci tangan dengan air bersih dan sabun atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
  • Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang digunakan pasien dan menghindari kontak langsung dengan hewan pengerat (seperti tikus).
  • Menghindari mengonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat). Selain itu, semua makanan yang mengandung daging atau bagian hewan harus dimasak dengan matang sebelum dimakan.
  • Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox diharap segera memeriksakan diri ketika mengalami gejala demam tinggi mendadak, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan riwayat perjalanannya kepada petugas kesehatan.
  • Petugas kesehatan dihimbau menggunakan sarung tangan, masker, dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.

Sumber:

https://www.halodoc.com/

https://health.detik.com/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/Monkeypox

https://covid19.kemkes.go.id

Beri Komentar