Akankah Indonesia Jatuh ke Jurang Resesi pada Kuartal III-2020 ?

Agustus 28, 2020 igsd

Covid-19 merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja dan menular dengan cepat. Penyakit ini disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Saat ini, Covid-19 telah menjadi pandemi yang telah menyerang banyak negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Menurut data pada Selasa (18/08/2020), total kasus Covid-19 yang telah terkonfirmasi di seluruh dunia sebanyak 21,8 juta kasus. Sedangkan di Indonesia, total kasus yang telah terkonfirmasi sebanyak 143.043 kasus. Jika pandemi ini belum berakhir maka jumlah kasus tersebut masih dapat terus bertambah. Oleh karena itu, beberapa negara telah memberlakukan lockdown sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona.

Di Indonesia, upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan pembatasan interaksi sosial atau social distancing. Akibatnya sebagian sekolah, tempat wisata, pusat perbelanjaan maupun pabrik ditutup sementara. Beberapa kantor pun menerapkan work from home (WFH) pada karyawannya untuk membatasi penyebaran virus corona. Masyarakat Indonesia juga sementara waktu dilarang berpergian jauh. Kebijakan ini tentu akan sangat mempengaruhi berbagai sektor terutama sektor ekonomi.

Pandemi  Covid-19 telah membawa dampak serius pada perekonomian global. Hampir di seluruh negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Hal itu dikhawatirkan akan membawa mereka ke jurang resesi. Jika selama dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif maka negara tersebut akan masuk ke dalam fase resesi. Banyak negara telah terkonfirmasi masuk ke dalam jurang resesi seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Spanyol, Malaysia, Singapura, Thailand dan beberapa negara lainnya pada kuartal II-2020.  Lalu, bagaimana dengan di Indonesia ?

Pada kuartal I-2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,97%. Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 ini melambat dibandingkan capaian triwulan I-2019 yang sebesar 5,07%. Dan pertumbuhan tersebut juga mengalami kontraksi 2,41% dibandingkan triwulan IV-2019. Salah satu penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh turunnya sejumlah ekspor Indonesia ke China dan Amerika Serikat yang menjadi dua negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Hal ini dikarenakan pembatasan sosial maupun lockdown yang diberlakukan di sejumlah negara membuat perdagangan tidak berjalan efektif.


Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terhadap kuartal II-2019 mengalami kontraksi minus 5,32% yoy. Pertumbuhan ekonomi ini lebih buruk dari yang diprediksi. Sebelumnya, Kementrian Keuangan memprediksikan bahwa pada kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan minus 4,3% yang direvisi dari proyeksi awal yakni minus 3,8%.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, penurunan tajam di kuartal II-2020 dikarenakan oleh beberapa sektor yang mengalami kontraksi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada sektor transportasi dan perdagangan yang mengalami kontraksi sebesar 30,84%, serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang mengalami kontraksi sebesar 22,02%. Namun, Indonesia masih belum dapat dikatakan telah memasuki fase resesi pada kuartal II-2020 ini. Oleh karena itu, kuartal III-2020 akan menjadi penentu apakah Indonesia akan memasuki fase resesi atau tidak.

Presiden Joko Widodo berharap agar pada kuartal III-2020 ekonomi akan membaik, bila tidak maka Indonesia akan masuk ke jurang resesi. Pemerintah pun sudah menyiapkan beberapa upaya agar perekonomian Indonesia kembali positif. Pertama, melakukan belanja besar-besaran guna meredam kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Kedua, membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Ketiga, memberi bantuan kredit bunga rendah dan menyiapkan berbagai program agar UMKM dapat bergeliat kembali. Keempat, pemerintah menempatkan dana di perbankan guna memutar roda ekonomi. Kelima, pemerintah melakukan peminjaman kredit modal kerja untuk koperasi. Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk menggenjot konsumsi atau belanja di dalam negeri .

Menurut Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, salah satu upaya untuk membuat pertumbuhan positif ekonomi Indonesia adalah dengan meningkatkan konsumsi produk dalam negeri.  Pemerintah pun menggalakkan program Bangga Buatan Indonesia yang mana mengajak masyarakat Indonesia untuk membeli produk buatan negeri sendiri. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, jika terus didorong untuk berbelanja produk lokal maka perekonomian Indonesia akan dapat meningkat. Oleh karena itu, melalui beberapa upaya tersebut diharapkan ekonomi nasional pada kuartal III-2020 akan membaik sehingga Indonesia selamat dari fase resesi.

Beri Komentar